Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Renyahnya Bisnis Bonggol Jagung Ala Stefanus Indri Sujatmiko

Sebagai pelaku UMKM asal Sleman tentu saya tak asing dengan sosok Stefanus Indri Sujatmiko. Warga Sleman Barat ini sukses menyulap bonggol jagung tak ubahnya berlian. Sesuatu yang nampak biasa dan setelah mendapat perlakuan khusus menjadi begitu berkilau dan memiliki nilai jual tinggi.

stefanus indri sujatmiko
https://cariaku.slemankab.go.id

Mengusung brand Giowari Putra Craft (GWP Craft), Stefanus Indri Sujatmiko menjadi salah satu satu UMKM yang cukup dikenal di Jogja. Khususnya berkaitan dengan UMKM bidang craft atau kerajinan.

Ia menjadi salah seorang yang sukses menangkap sebuah peluang. Berkah itu pun tidak dinikmati sendiri tapi juga dirasakan warga sekitar. Berkat bonggol jagung Stefanus Indri Sujatmiko mampu mempekerjakan beberapa karyawan.

UMKM yang mampu berdikari dan memberi kontribusi kepada masyarakat luas ini menjadi salah satu penerima apresiasi SATU Indonesia Award pada 2019 silam untuk bidang kewirausahaan. Menjadi cambuk untuk lebih bisa berkontribusi bagi masyarakat luas.

Memoles Bonggol Jagung Berawal dari Keprihatinan

Ide untuk mengubah bonggol jagung menjadi suatu karya bermula dari keprihatinan. Di mana barang ini begitu mudah ditemukan di sekitar rumah. Terlebih bonggol jagung menjadi residu yang pasti ada pasca panen jagung. 

Ide untuk menggarap bonggol jagung ini muncul sejak Desember 2015 dan setelah itu Indri demikian sering disapa mencoba mencari informasi lebih dalam. Internet menjadi jawaban atas semua pertanyaan yang ada dan tercetuslah bahwa bonggol jagung bisa disulap menjadi berbagai karya apik, menarik dan memiliki nilai jual tinggi.

Bila dulu bonggol jagung hanya dijadikan pakan ternak. Atau sebagian orang ada yang membuang begitu saja tapi tidak ditangan Indri.

Bagi Indri, bonggol jagung telah menjadi kebutuhan pokok. Dan oleh karenanya ia akan berburu ke luar daerah jika di daerahnya sudah tidak ditemukan.

Dari bonggol jagung ini kemudian tercipta berbagai kerajinan bernilai tinggi. Bukan hanya lukisan atau miniatur icon dunia tapi berbagai kerajinan lain bisa dibuat berbahan bonggol jagung. Saat ini Indri pun memproduksi pipa rokok, tempat tisu, kap lampu hias, tatakan, lampion, dan masih banyak lagi.

Belajar dan Terus Belajar Sebagai Kunci Sukses

Pria kelahiran 1973 ini tidak berpuas diri dengan pencapaian yang ada. Oleh karenanya ia senantiasa mencari referensi via internet hingga belajar dengan orang-orang yang lebih dulu menekuni bidang ini.

Ia pun pernah datang secara langsung ke Bogor untuk bertemu Eddi Junaidi yang lebih dulu menekuni kerajinan bonggol jagung. Eddi mengapresiasi hasil karya Indri bahwa hasil dibuat sudah cukup bagus dan memiliki nilai ekonomi tinggi tinggal bagaimana untuk lebih memperhalus produk yang ada.

Berbagai eksperimen pun terus dilakukan untuk menciptakan berbagai produk baru. Indri meyakini bahwa salah satu kekuatan dari bisnis dilakoni adalah kreativitas dan oleh karenanya tidak bisa bila harus berhenti belajar.

Wajar kemudian bila banyak waktu digunakan untuk mengulik, mengotak atik dari bonggol jagung bisa menjadi apa saja. Tentu produk yang ada saat ini jauh lebih baik, lebih lengkap daripada produk yang diproduksi di tahun pertama merintis.

Promosi pun kian gencar dilakukan. Tidak hanya dengan mengikuti pameran yang ada di Jogja dan sekitarnya. Namun bonggol jagung ini telah percaya diri melenggang di Jakarta untuk mendapat pasar yang lebih luas.

Proses Panjang Untuk Menjadi Sebuah Karya

Untuk menjadikan sebuah karya yang epik butuh waktu hingga beberapa minggu. Proses harus dilalui dan diawali dengan sebuah perencanaan yang matang. Hal ini karena untuk menjadikan bonggol jagung berkarakter tidak sembarangan. 

Hal pertama yang harus dilakukan tentu saja memilih bonggol jagung berkualitas. Proses sortir juga akan memperhatikan ukuran yang ada. Tentu masing-masing bonggol memiliki ukuran yang berbeda.

Selanjutnya bonggol terpilih ini akan dijemur untuk memastikan berada di tingkat kekeringan yang tepat. Semakin rendah tingkat kandungan air tentu itu akan semakin baik dan oleh karenanya bonggol ini dijemur hingga berhari-hari.

Bisa 3 hingga 7 hari tergantung dari panas dan ukuran bonggol yang ada. Semakin besar dan basah tentu butuh waktu lebih lama.

Setelah dinyatakan benar-benar kering maka akan masuk tahap pengamplasan. Tujuannya untuk membersihkan dan merapikan bonggol hingga nampak ulir khas yang ada.

Tahap berikutnya adalah proses pemotongan dan pemilihan bonggol yang tepat sesuai dengan ukuran yang tepat. Bonggol-bonggol ini kemudian akan disusun sesuai dengan apa yang telah direncanakan.

Untuk memperkuat susunan bonggol tentu dibutuhkan lem agar menempel kuat. Serbuk sisa proses pengamplasan juga dimanfaatkan sebagai media perekat agar tampak terlihat lebih natural dan estetik.

Produk semi jadi ini kemudian akan diamplas agar terlihat lebih halus dan rapi. Tak lupa proses quality control dilakukan guna memberi hasil terbaik dalam setiap karya yang ada.

Agar produk bisa lebih kuat dan awet maka ditambahkan proses coating. Teknik ini juga akan mempercantik produk yang ada.

Saat berkunjung ke workshop GWP Craft pengunjung akan menemukan berbagai produk yang siap pakai. Namun demikian tetap bisa melakukan pemesanan secara custom, tujuannya tentu saja mendapat produk seperti apa yang diinginkan dan spesifik.

Berbicara soal harga tentu ini menjadi hal yang relatif tergantung tingkat kesulitan yang ada. Untuk benda-benda yang ukuran kecil bisa ditebus dengan harga puluhan ribu saja.

Namun bila ingin produk yang besar dan memiliki tingkat kerumitan tinggi tentu perlu merogoh kantong lebih dalam. Namun demikian tidak akan menyesal membeli produk Giowari Putra Craft.

#BersamaBerkaryaBerkelanjutan #KitaSATUIndonesia

Posting Komentar untuk "Renyahnya Bisnis Bonggol Jagung Ala Stefanus Indri Sujatmiko"