Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengenal Sosok Theresia Dwiaudina Sari Putri, Bidan Pertama di Desa Uzuzozo, NTT

Dulu mungkin kita masih saja bisa khawatir dengan kondisi kesehatan di beberapa daerah terpencil. Daerah yang kemudian kita kenal dengan sebutan 3T atau tertinggal, terdepan dan terluar.

theresia dwiaudina
dok dini

Di Indonesia sendiri ada cukup banyak daerah yang termasuk 3T. Daerah ini pada umumnya ada di Nusa Tenggara, Papua, Kalimantan dan Sumatera. Selain itu bisa jadi juga bisa ditemukan didaerah yang lain. 

Namun kini keraguan itu kian berangsur, salah satunya tentu saja dengan kehadiran sosok-sosok luar biasa yang memberi kontribusi nyata dibidang kesehatan. Dan kali ini saya ingin membahas sosok Theresia Dwiaudina Sari Putri atau yang bisa disapa Dini.

Dan setelah ini bisa jadi saya akan menulis kembali mereka para pahlawan kesehatan dari seluruh Indonesia. Apresiasi ini juga menjadi satu hal yang positif bagi pegiat kesehatan karena energi positif yang ada akan menular lebih luas.

Dini tak lain adalah penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards 2023 dibidang Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak dari NTT atau persisnya Desa Uzuzozo, Kecamatan Nangapanda, Kabupaten Ende. Penasaran apa yang dilakukan dara cantik ini pun saya mencoba mencari informasi lebih lanjut.

Benar saja alumni D3, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Surabaya ini merasa terpanggil untuk memberi manfaat kepada masyarakat luas. Namun uniknya diawal ia tak pernah terpikir menjadi tenaga kesehatan atau tepatnya bidan.

Dalam salah satu sesi wawancara, kepada media Dini mengatakan sejatinya ingin sekolah dibidang musik. Namun berkat dorongan orang tua Dini rela banting stir dan bersedia kuliah di salah satu sekolah kesehatan di Kota Surabaya.

Setelah lulus tak perlu waktu lama Dini pun menjadi Bidan di Desa Uzuzozo, Nusa Tenggara Timur. Satu wilayah yang cukup kontradiktif bila dibandingkan dengan kota tempat menimba ilmu.

Saat ada di Surabaya berbagai fasilitas di bidang kesehatan pun begitu mudah ditemukan. Namun hal ini tentu berbeda jauh dengan kondisi yang ada di desa dimana Dini mengabdi.

Sempat Terjadi Penolakan

theresia dwiaudina
dok dini

Untuk sampai titik ini bukanlah perkara mudah. Di mana pada tahun 2017 saat Dini kali pertama bertugas ditolak oleh warga setempat. Kesehatan belum menjadi prioritas dan bila melahirkan maka ibu-ibu akan memilih melahirkan di dukun. 

Seiring berjalannya waktu, kerja keras Dini membuahkan hasil. Bukan hanya para ibu beralih ke bidan saat melahirkan saja. Akan tetapi alumni SMA 1 N Ende tahun 2013 ini juga berperan aktif memberikan edukasi kepada seluruh warga desa untuk pentingnya memperhatikan kesehatan.

Hasil positif pun didapat, pelan tapi pasti angka stunting turun dengan signifikan. Di mana berdasar data BPS pada 2021, angka stunting mencapai 14% dan di tahun 2022 menurun menjadi 9%. Selanjutnya angka itu pada tahun 2023 turun lagi menjadi 7%.

Apresiasi SATU Indonesia Awards

theresia dwiaudina
ist
Atas kondisi ini tentu Dini merasa sangat bersyukur dimana kehadirannya memberi dampak nyata kepada masyarakat luas. Salah satu pihak yang mengapresiasi secara nyata atas sumbangih dini tentu saja adanya apresiasi SATU Indonesia Awards.

Dini mampu membuktikan bahwa keterbatasan bukan alasan untuk memberi kontribusi atau dampak baik bagi masyarakat luas. Menjadi inspirasi bagi semua pihak bahwa sejatinya setiap orang atau individu mampu memberi yang terbaik di mana mereka tinggal.

Saya pun percaya bahwa Dini bukanlah satu-satunya bidan atau tenaga kesehatan yang bekerja dan mengabdi pada kondisi serba keterbatasan. Masih ada Dini-Dini lain yang bisa ditemukan disekitar kita. 

Orang-orang yang mampu memberi kontribusi nyata tanpa pamrih sesuai dengan bidang yang mereka pilih. Dan mungkin saat ini adalah giliran Anda untuk turut memberi kontribusi terbaik.

#BersamaBerkaryaBerkelanjutan #KitaSATUIndonesia


Posting Komentar untuk "Mengenal Sosok Theresia Dwiaudina Sari Putri, Bidan Pertama di Desa Uzuzozo, NTT"