Dear Mom, Selamat Hari Ibu dan Kini Saya Mendapatkannya
Tepat hari ini, 22 Desember di rayakan sebagai hari ibu. Dan untuk tahun kedua saya menjadi ibu dari V Abhiraj Jurnalistika. Waktu dimana menjadi refleksi saat kita masih kanak-kanak dan kini telah menyandang gelar Ibu.
Tak ada yang menduga bahwa menjadi seorang ibu itu menjadi mahluk paling bahagia di dunia. Dimana kita dititipi anak untuk kita jaga, kita rawat, kita didik, kita besarkan hingga kelak memberi manfaat bagi yang lain.
Benar kata orang menjadi seorang ibu itu melelahkan. Tapi disini saya ingin lebih mengatakan bahwa lelah itu tak seberapa dibanding kebahagiaan diberikan anak yang cukup baik.
Anak yang mampu memberikan kebahagiaan dengan tulus. Ia yang akan tertawa saat senang dan ia yang akan menangis saat merasa tidak nyaman atau sakit. Satu kejujuran yang mungkin kini susah di dapat bila yang lain dalam kepura-puraan.
Menjadi seorang ibu juga menjadikan saya kuat untuk terus bertahan. Meski lelah dan tengah malam ia menangis dan saya pun terjaga. Meski saya belum mandi, belum makan tapi ia sudah harus mendapatkannya.
Mungkin naluri setiap ibu itu sama, hanya akan memberi yang terbaik untuk anaknya. Semampu para orang tua.
Pun demikian dengan saya yang dulu masa kecil tinggal bersama orang tua di puncak gunung. Dimana dulu hanya untuk makan mie instan ibu saya rela berjalan beratus meter untuk menemukan dan membeli makanan kesukaan saya.
Tak dapat dibayangkan dimana daerah pegunungan kala itu saat hujan. Sudah pasti jalan setapak kian licin. Tapi itu tidak menyurutkan ia untuk membeli agar saya makan dengan menu kesukaan saya.
Belajar dari ibu itulah saya bisa berupaya untuk turut serta bersama suami memberikan yang terbaik untuk buah hati. Yakin hanya memberikan yang terbaik semampu kami. Tak harus berupa kemewahan atau materi tapi lebih dari itu adalah memastikan ia tidak kekurangan kasih sayang hingga tumbuh dewasa kelak.
Dan buat para ibu di seluruh dunia, saya ucapkan “Selamat Hari Ibu dan kita nikmati bahagianya.”
Tak ada yang menduga bahwa menjadi seorang ibu itu menjadi mahluk paling bahagia di dunia. Dimana kita dititipi anak untuk kita jaga, kita rawat, kita didik, kita besarkan hingga kelak memberi manfaat bagi yang lain.
Benar kata orang menjadi seorang ibu itu melelahkan. Tapi disini saya ingin lebih mengatakan bahwa lelah itu tak seberapa dibanding kebahagiaan diberikan anak yang cukup baik.
Anak yang mampu memberikan kebahagiaan dengan tulus. Ia yang akan tertawa saat senang dan ia yang akan menangis saat merasa tidak nyaman atau sakit. Satu kejujuran yang mungkin kini susah di dapat bila yang lain dalam kepura-puraan.
Menjadi seorang ibu juga menjadikan saya kuat untuk terus bertahan. Meski lelah dan tengah malam ia menangis dan saya pun terjaga. Meski saya belum mandi, belum makan tapi ia sudah harus mendapatkannya.
Mungkin naluri setiap ibu itu sama, hanya akan memberi yang terbaik untuk anaknya. Semampu para orang tua.
Pun demikian dengan saya yang dulu masa kecil tinggal bersama orang tua di puncak gunung. Dimana dulu hanya untuk makan mie instan ibu saya rela berjalan beratus meter untuk menemukan dan membeli makanan kesukaan saya.
Tak dapat dibayangkan dimana daerah pegunungan kala itu saat hujan. Sudah pasti jalan setapak kian licin. Tapi itu tidak menyurutkan ia untuk membeli agar saya makan dengan menu kesukaan saya.
Belajar dari ibu itulah saya bisa berupaya untuk turut serta bersama suami memberikan yang terbaik untuk buah hati. Yakin hanya memberikan yang terbaik semampu kami. Tak harus berupa kemewahan atau materi tapi lebih dari itu adalah memastikan ia tidak kekurangan kasih sayang hingga tumbuh dewasa kelak.
Dan buat para ibu di seluruh dunia, saya ucapkan “Selamat Hari Ibu dan kita nikmati bahagianya.”
Posting Komentar untuk "Dear Mom, Selamat Hari Ibu dan Kini Saya Mendapatkannya"